Beranda | Artikel
Nasehat Ulama: Rahasia Meraih Keberkahan Waktu - Syaikh Sulaiman ar-Ruhaily
Senin, 24 Mei 2021

Nasehat Ulama: Rahasia Meraih Keberkahan Waktu – Syaikh Sulaiman ar-Ruhaily

Pada zaman sekarang, kita merasakan bahwa waktu berlalu begitu cepat, bagaimana cara seseorang mendapatkan keberkahan dalam waktunya? Waktu, dulu dan sekarang sama saja, namun yang berbeda adalah dalam keberkahannya.

Wahai saudara-saudaraku, apabila kalian merenungkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, saat haji Wada’, pada hari penyembelihan binatang kurban, melempar Jumrah al-‘Aqabah pada waktu duha.

Waktu duha pada hari penyembelihan, kemudian beliau menyembelih binatang kurban beliau, enam puluh tiga unta disembelih dengan tangan beliau sendiri yang mulia.

Kemudian Ali -Semoga Allah meridhainya- melanjutkan sembelihan beliau hingga unta ke seratus.

Kemudian Ali -Semoga Allah meridhainya- yang melanjutkan pengurusan binatang kurban hingga dikuliti.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta bagian berupa sepotong daging dari tiap-tiap unta.

Kemudian daging-daging itu dikumpulkan dalam satu wadah kemudian dimasak.

Dan kalian sudah faham tentang daging unta, butuh waktu untuk memasaknya.

Kemudian Nabi menikmati kuah dagingnya dan memakan sebagiannya, lantas beliau mencukur rambut beliau kemudian membagi-bagikannya kepada orang-orang.

Lalu beliau menunggangi binatang tunggangan beliau menuju Masjidil Haram, dengan unta.

Ketika beliau tiba di Masjidil Haram, beliau melaksanakan tawaf al-Ifadhah. Semua itu selesai dilaksanakan sebelum berkumandang azan Zhuhur.

Perhatikan, itulah keberkahan waktu.

Dari waktu duha, bukan dari waktu subuh, bukan! Dari duha, dari pertengahan waktu pagi hingga azan Zhuhur, beliau bisa melakukan semua ini.

Kemudian beliau kembali ke Mina dan mendapati sebagian sahabat beliau belum menunaikan salat zuhur, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami mereka untuk salat Zhuhur dan menyampaikan khutbah untuk mereka yang hadir.

Dan rahasia keberkahan adalah jujur dengan Allah.

Jujurlah kepada Allah, niscaya akan diberkahi waktu Anda.

Barang siapa jujur kepada Allah dan Allah mengetahui bahwa dia memang jujur dari dalam hatinya dan sungguh-sungguh, niscaya Allah akan memberikan keberkahan waktu kepadanya.

Rahasia berikutnya adalah kesungguhan untuk tidak membuang-buang waktu.

Sebenarnya kita sendiri yang membuang-buang waktu kita, kemudian kita beralasan, “Tidak ada waktu.” Padahal kita sendiri yang membuang-buang waktu tersebut.

Jikalau kita memanfaatkan waktu kita pada hal-hal yang diperintahkan oleh Allah, niscaya kita akan memiliki banyak waktu luang dan Allah akan memberkahi waktu kita.

Dan di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,”Barang siapa ingin di lapangkan rezekinya, dan diperpanjang usianya, maka hendaknya dia menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Barang siapa ingin di lapangkan rezekinya, Maksudnya diperbanyak rezekinya. Dan diperpanjang usianya, …
Tentu, di sini sebagian ulama berkata bahwa makna “Diperpanjang usianya…” adalah diberkahi waktunya sehingga dalam waktu yang sedikit dia bisa melakukan banyak amal perbuatan.

Sehingga seolah-olah dia hidup dengan umur yang panjang.

Dan sebagian ulama yang lain berkata, “Bukan demikian! Maksud umur di sini, adalah umur yang masih berada di tangan malaikat.

Akan tetapi umur dia yang tertulis di Lauh Mahfuz akan bersesuaian dengan amal perbuatannya.”

Sehingga, misalnya, di tangan malaikat, seseorang tertulis bahwa dia akan meninggal pada usia enam puluh tahun, dia akan dicabut nyawanya pada penghujung usia enam puluh tahun.

Ini yang ada di tangan malaikat. Ketika dia menyambung silaturahmi, maka dia akan dicabut nyawanya pada usia tujuh puluh tahun.

Dan ini tidak berarti bahwa ketetapan umurnya yang telah ditakdirkan untuknya secara azali, yang sudah Allah ketahui dan sudah Allah tulis berubah, tidak!

Yang berubah hanyalah catatan yang berada di tangan malaikat.

Adapun takdir yang tertulis di Lauh Mahfuz pasti terjadi, Allah tahu bahwa dia akan menyambung silaturahmi yang dengannya usianya akan mencapai tujuh puluh tahun.

Maka yang menjadi ketetapan takdirnya adalah dia usianya mencapai tujuh puluh tahun, dan ini adalah pendapat yang kuat.

Namun sebagian ulama berpendapat, dan pendapat ini yang menjadi penguat apa yang tadi saya sampaikan, bahwa maksud dari bertambahnya umur adalah keberkahan usia.

Sehingga seseorang dalam rentang usianya bisa melakukan amalan yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain yang memiliki rentang usia tidak jauh beda dengannya.

Kesimpulannya adalah bahwasanya jujur kepada Allah dan menggunakan waktu dalam ketaatan kepada Allah adalah sebab untuk mendapatkan keberkahan waktu.


Artikel asli: https://nasehat.net/nasehat-ulama-rahasia-meraih-keberkahan-waktu-syaikh-sulaiman-ar-ruhaily/